disaster insights

Natech: Bencana Teknologi yang Harus Diwaspadai di Masa Depan

        Indonesia negara berkembang, yang dikenal sebagai supermarket bencana karena letak geografisnya di wilayah cincin api, kemajuan teknologi dan industrinya pun berkembang pesat. Namun, kondisi ini turut meningkatkan risiko terjadinya bencana alam dan kecelakaan teknologi yang cukup tinggi. Artikel ini menyoroti hubungan antara bahaya alam dan bencana teknologi, atau yang disebut sebagai Natech, yang masih menjadi istilah baru dalam konteks Penanggulangan Bencana di Indonesia.

        Pada tahun 2006, Indonesia mengalami salah satu bencana yang paling parah dalam sejarahnya, yaitu banjir lumpur panas Sidoarjo. Bencana ini disebabkan oleh aktivitas pengeboran minyak dan gas bumi yang memicu ledakan lumpur panas yang menyebar ke wilayah sekitarnya. Dampak bencana ini sangat besar dan merugikan masyarakat setempat, perekonomian, serta lingkungan sekitar. Lebih dari 8.200 jiwa harus dievakuasi dan 25.000 jiwa mengungsi akibat terendamnya 10.426 unit rumah dan 77 unit rumah ibadah oleh lumpur panas. Lebih dari 30 pabrik terpaksa menghentikan produksi dan merumahkan ribuan tenaga kerja. PT Lapindo, perusahaan yang bertanggung jawab atas bencana ini, telah mengeluarkan dana sebesar Rp6 triliun untuk mengganti tanah masyarakat dan membangun tanggul. Pemerintah menaksir kerugian akibat bencana ini sekitar Rp 45 triliun.

        Pada masa itu dalam konteks jenis bencana, banjir lumpur lapindo dikategorikan dalam bencana akibat kegagalan atau kecelakaan teknologi, namun seiring perkembangan kajian mengenai bencana, kecelakaan teknologi yang perluasan dampak dan kerusakannya dipicu oleh bencana alam sekecil apapun skalanya seperti banjir dan tanah longsor, kemudian dikenal dengan bencana Natech. Seperti pada banjir lumpur panas Lapindo yang penanganannya memakan waktu hingga bertahun-tahun akibat kecelakaan teknologi tidak dapat diatasi dengan segera, dan pada musim hujan, bencana banjir semakin memperparah resiko bencana yang terjadi.

        Bencana Natech seperti ini menunjukkan betapa pentingnya keselamatan dan kehati-hatian dalam menjalankan kegiatan industri dan teknologi, khsususnya pada daerah rawan bencana seperti Indonesia. Meskipun kebakaran di Depo Pertamina Plumpang pada awal Maret 2023 diduga terjadi karena gangguan teknis saat pengisian ulang BBM, dan mengakibatkan 33 orang tewas serta sekitar 268 orang mengungsi. Kejadian ini tetap menegaskan betapa pentingnya keamanan dan keselamatan dalam pengelolaan bahan bakar minyak dan industri terkait, mengingat iklim dimana angin dan badai daerah pesisir dimana Plumpang berada, kemungkinan dapat memperlambat penanganan. 

        Bencana Natech dapat dipicu secara langsung oleh kecelakaan teknologi atau industri yang dapat membahayakan manusia dan lingkungan sekitarnya, serta menimbulkan kerugian material yang besar, namun sumber awal perluasan dampaknya dapat berupa bencana alam. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk memahami apa itu bencana Natech dan bagaimana mengurangi risikonya. 

        Artikel ini akan membahas tuntas mengenai Natech : bencana teknologi yang harus diwaspadai di masa depan dengan mengulas tentang defenisi Natech, contoh bencana Natech, penyebab Natech, dampak Natech, mitigasi dan tanggap darurat Natech, teknologi hijau solusi Natech, tanggungjawab sosial perusahaan, serta upaya individu mengurangi resiko bencana Natech di masa depan.

Apa itu Natech dan Contoh Bencana Natech

        Natech adalah singkatan dari Natural Disaster Triggered Technological Disaster. Pakar bencana global menyusun istilah Natech untuk menggolongkan bencana yang terjadi sebagai dampak efek domino dari bencana alam di tempat industri yang menggunakan bahan mudah terbakar, beracun, dan berbahaya yang dikenal sebagai bahan berbahaya (hazardous material atau hazmat). Defenisi mengenai Natech telah berkembang, sesuai dengan frekuensi dan varians bencana Natech yang kerap kali terjadi seiring perkembangan teknologi dan industri serta perbahan iklim, sehingga dari berbagai literatur, Natech dapat didefenisikan sebagai berikut yaitu :
  1. Natech adalah bencana teknologi yang terjadi akibat dampak bencana alam. Natech terjadi ketika bencana alam seperti gempa bumi, banjir, atau badai memicu kecelakaan teknologi seperti kebocoran bahan kimia, ledakan pabrik, atau kerusakan sistem infrastruktur lainnya. Kecelakaan teknologi dan insutri inilah menyebabkan bencana Natech sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan yang signifikan, serta berdampak buruk pada kesehatan manusia dan hewan. Contoh : Reaksi Nuklir akibat Gempa dan Tsunami di Fukushima Jepang 
  2. Natech adalah bencana yang terpicu secara langsung oleh kecelakaan atau insiden di sektor teknologi atau industri, seperti kebakaran, ledakan, atau kebocoran bahan kimia yang dapat menyebabkan dampak serius terhadap lingkungan dan kesehatan manusia, dan perluasan dampaknya akibat bencana alam saat penanganan, Contoh banjir lumpur panas Lapindo 2006-2009 dan ledakan pabrik kima di Bhopal India.
        Singkatnya : Natech adalah jenis bencana yang terjadi akibat perpaduan antara bencana alam dan kecelakaan industri atau teknologi yang dapat membahayakan manusia dan lingkungan sekitarnya. 1

        Bencana Natech menjadi semakin relevan karena perubahan iklim dan peningkatan frekuensi bencana alam. Bencana alam seperti gempa bumi, badai, dan banjir semakin sering terjadi dan semakin parah, dan hal ini meningkatkan risiko kecelakaan teknologi yang dipicu oleh bencana alam.

        Bencana Natech bukanlah fenomena baru. Sejak era industri dimulai, kecelakaan teknologi yang dipicu oleh bencana alam telah terjadi di berbagai tempat di seluruh dunia. Berikut contoh bencana Natech yang pernah terjadi di dunia selain bencana lumpur lapindo di Indonesia.


1. Ledakan Pabrik Kimia di Bhopal India.

        Bencana Natech yang terjadi pada 2-3 Desember 1984 di Bhopal, India adalah salah satu bencana industri terburuk dalam sejarah manusia. Bencana ini terjadi ketika gas metil isosianat (MIC) bocor dari pabrik pestisida Union Carbide India Limited (UCIL), yang sekarang dimiliki oleh The Dow Chemical Company.

        Penyebab bocornya gas tersebut adalah karena adanya reaksi kimia yang tidak terkendali pada salah satu tangki penyimpanan MIC di pabrik. Gas beracun tersebut menyebar ke udara dan menyebar ke permukiman penduduk di sekitarnya.

        Kurangnya tindakan cepat dan tepat dari perusahaan dan pihak berwenang dalam menangani bencana tersebut menyebabkan korban jiwa dan dampak kesehatan yang sangat besar. Lebih dari 3.800 orang tewas dalam beberapa hari pertama setelah bencana tersebut, dan jumlah korban terus bertambah seiring berjalannya waktu.

        Bahkan hingga saat ini, dampak kesehatan jangka panjang masih dirasakan oleh banyak orang yang selamat dari bencana tersebut. Beberapa masalah kesehatan yang disebabkan oleh paparan gas beracun tersebut termasuk gangguan pernapasan, gangguan mata, serta masalah kesehatan lainnya.

        Bencana Natech di Bhopal menjadi contoh penting tentang pentingnya keselamatan dan keamanan dalam mengelola industri dan teknologi. Bencana tersebut juga menunjukkan betapa pentingnya peran pemerintah dan perusahaan dalam memastikan bahwa tindakan pencegahan dan pengendalian bencana dilakukan secara tepat dan tepat waktu.

2. Reaksi Nuklir Akibat Gempa Bumi dan Tsunami Fukushima 2011

        Bencana Natech yang terjadi di Fukushima pada Maret 2011 adalah salah satu bencana nuklir terburuk dalam sejarah manusia. Bencana ini terjadi ketika gempa bumi dan tsunami melanda wilayah Fukushima, Jepang, dan menyebabkan kerusakan pada reaktor nuklir Fukushima Daiichi.

        Gempa bumi dan tsunami tersebut menyebabkan mati listrik di reaktor nuklir, yang menghentikan sistem pendingin dan menyebabkan reaktor menjadi overheating dan melepaskan gas beracun ke udara. Lebih dari 100.000 orang dievakuasi dari daerah sekitar reaktor, dan sejumlah besar bahan radioaktif dilepaskan ke lingkungan.

        Bencana ini menyebabkan kerugian ekonomi dan kesehatan yang besar, serta memicu krisis energi nuklir global. Lebih dari 15.000 orang dinyatakan tewas atau hilang akibat bencana gempa bumi dan tsunami, dan dampak kesehatan jangka panjang dari paparan bahan radioaktif masih belum diketahui.

        Bencana di Fukushima menunjukkan betapa pentingnya keselamatan dan keamanan dalam mengelola energi nuklir dan teknologi terkait. Bencana ini juga menyoroti perlunya upaya global untuk mengurangi risiko bencana nuklir dan meningkatkan kapasitas dalam menghadapi bencana yang terkait dengan teknologi dan industri.

        Sejak bencana di Fukushima, banyak negara telah mengambil tindakan untuk mengevaluasi dan memperkuat keselamatan nuklir, serta mencari alternatif energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Hal ini menunjukkan bahwa bencana dapat menjadi titik awal untuk perubahan yang lebih baik dan memastikan keselamatan manusia dan lingkungan.

Bencana Natech Lebih Berbahaya Dibandingkan Kecelakaan Industri Biasa

        Berdasarkan fenomena bencana Natech yang terjadi di dunia serta dampak bahaya ekponensialnya, membuat pakar bencana global memberikan perhatian serius dan sangat mengkhawatirkan resiko bencana Natech. Berikut adalah beberapa faktor yang menjadikan bencana Natech lebih berbahaya daripada kecelakaan industri biasa. 

Kombinasi Bencana Alam dan Kecelakaan Teknologi

        Risiko Natech meningkat di masa depan karena perubahan iklim dan pembangunan manusia, dan ancaman alam dan teknologi berada dalam jalur yang bertabrakanProyeksi iklim menunjukkan bahwa frekuensi dan intensitas bahaya alam akan meningkat pada dekade mendatang. Seiring dengan perkembangan teknologi dan industri yang juga berkembang pesat. Akibatnya, risiko Natechs akan meningkat juga. Bahkan bahaya alam yang tidak ekstrim juga dapat menyebabkan bencana Natech. Mengingat bencana Natech terjadi akibat kombinasi antara bencana alam dan kecelakaan teknologi. Hal ini menjadikan bencana Natech lebih kompleks dan sulit ditangani dibandingkan kecelakaan industri biasa.

Dampak yang Lebih Besar

        Bencana Natech dapat menyebabkan dampak yang lebih besar dibandingkan kecelakaan industri biasa. Hal ini karena bencana Natech dapat melibatkan bahan kimia atau material berbahaya yang memiliki dampak yang sangat merusak terhadap manusia dan lingkungan. Bencana ini dapat menyebabkan kerusakan infrastruktur, kehilangan nyawa, serta kerusakan lingkungan yang parah.

Potensi Terjadinya Bencana Lebih Besar

        Bencana alam dari semua jenis dan ukuran dapat memicu bencana Natech. Pemicu bencana Natech tidak perlu peristiwa alam dasar yang besar seperti gempa bumi yang kuat atau angin topan besar. Risiko Natech diperkirakan akan meningkat di masa depan seiring meningkatnya industrialisasi dan urbanisasi ditambah dengan perubahan iklim, maka Sifat dan kompleksitas peristiwa natech juga berubah.
        Kita hidup di dunia yang semakin tergantung pada teknologi. Kehadiran teknologi yang semakin canggih juga memberikan potensi terjadinya bencana Natech yang lebih besar. Hal ini disebabkan oleh kompleksitas sistem teknologi yang semakin tinggi dan beragam. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian yang lebih serius dan tindakan pencegahan yang lebih baik untuk mengurangi risiko terjadinya bencana Natech. 

Kompleksitas dalam Penanganan

        Bencana Natech lebih sulit ditangani dibandingkan kecelakaan industri biasa karena melibatkan kombinasi antara bencana alam dan kecelakaan teknologi. Penanganan bencana Natech memerlukan pendekatan yang berbeda dan lebih kompleks. Integrasi pengetahuan dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu sangat dibutuhkan untuk dapat menangani bencana Natech. 
        Kompleksitas penanganan Bencana Natech juga membutuhkan keterlibatan ahli bencana alam seperti ahli meteorologi, ahli hidrologi, ahli geologi, dan seringkali tenaga air atau insinyur sipil. Pengetahuan para ahli ini harus diintegrasikan ke dalam manajemen risiko bencana Natech, yang membutuhkan kerja sama yang erat dengan para ahli keselamatan teknologi dan industri.

Membutuhkan Waktu dan Biaya yang Lebih Besar

        Penanganan bencana Natech memerlukan waktu dan biaya yang lebih besar dibandingkan kecelakaan industri biasa. Hal ini disebabkan oleh kompleksitas bencana Natech dan dampak yang lebih besar terhadap manusia dan lingkungan.

Membutuhkan koordinasi lintas sektor yang lebih mapan

        Kerjasama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, perusahaan, masyarakat, dan individu membutuhkan koordinasi yang mapan agar dapat bekerja sama secara efektif dan efisien dalam meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang bencana Natech, serta dalam aksi pencegahan dan penanganannya.

Penyebab Bencana Natech


Infrastruktur yang Buruk

        Infrastruktur yang buruk, seperti pipa dan tangki penyimpanan yang rusak atau tua, dapat menyebabkan kebocoran bahan kimia dan bahan bakar. Ketika terjadi bencana alam seperti gempa bumi atau banjir, infrastruktur yang buruk ini menjadi lebih rentan terhadap kerusakan dan kebocoran.


Kesalahan Manusia

        Kesalahan manusia seperti kesalahan operasional, kurangnya pelatihan staf, dan kegagalan dalam mengikuti prosedur keamanan dapat menyebabkan terjadinya bencana Natech. Contohnya, kegagalan dalam mematikan sistem penyimpanan bahan kimia atau bahan bakar ketika terjadi bencana alam dapat menyebabkan ledakan dan kebakaran.


Perubahan Iklim

        Perubahan iklim seperti peningkatan suhu dan curah hujan yang ekstrem dapat meningkatkan risiko bencana Natech. Contohnya, curah hujan yang tinggi dapat membanjiri tangki penyimpanan bahan kimia dan bahan bakar, sedangkan suhu yang tinggi dapat menyebabkan kebocoran dan ledakan.


Kegagalan Sistem Keamanan

        Sistem keamanan yang buruk atau tidak memadai juga dapat menyebabkan terjadinya bencana Natech. Misalnya, kurangnya pengawasan atau inspeksi terhadap infrastruktur dan sistem keamanan yang tidak memadai dapat menyebabkan kebocoran dan ledakan.


Kegagalan Perencanaan Bencana

        Kegagalan dalam perencanaan bencana dan mitigasi risiko juga dapat menyebabkan terjadinya bencana Natech. Ketika terjadi bencana alam, perencanaan bencana yang buruk dapat mengakibatkan kurangnya persiapan dan respons yang efektif terhadap potensi bencana Natech.


Tiga Faktor Utama Meningkatnya Resiko Bencana Natech

Meningkatnya risiko kejadian bencana Natech didorong oleh tiga arus faktor utama.


Faktor Pertama

        Peningkatan jumlah kejadian bencana alam secara umum yang terjadi akibat perubahan iklim dan degradasi alam. Ahli dunia telah memperingatkan tentang peningkatan jumlah kejadian bencana hidrometeorologi dan seismik sebagai dampak dari perubahan iklim. 

Peningkatan ini dapat memperburuk dinamika risiko bencana alam, baik dari segi tingkat keparahan maupun sebaran keterpaparannya di wilayah yang terbangun.


Faktor kedua

        Meningkatnya jumlah fasilitas dan kawasan industri yang menggunakan bahan berbahaya pada daerah yang terpapar ancaman bencana alam. Urbanisasi dan pembangunan ekonomi telah menyebabkan jarak antara kawasan industri dan permukiman semakin dekat, sehingga meningkatkan risiko bencana Natech bagi masyarakat. 

    Meskipun sebagian besar industri telah mempertimbangkan risiko kecelakaan industri, namun dengan meningkatnya risiko bencana alam, industri harus memastikan bahwa prosedur keamanan yang mereka miliki telah mempertimbangkan risiko bencana Natech.


Faktor ketiga

        Kurangnya kesadaran dan kapasitas dalam penanggulangan bencana Natech. Bencana Natech memiliki karakteristik yang berbeda dan memerlukan kapasitas penanggulangan yang lebih tinggi dibandingkan bencana alam atau teknologi yang terjadi sendiri-sendiri. Koordinasi antara sektor bencana dengan industri dalam pengurangan risiko bencana Natech masih belum optimal, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. 

        Hal ini memperlihatkan bahwa upaya penanggulangan bencana Natech perlu diprioritaskan, dengan meningkatkan kesadaran dan kapasitas penanggulangan bencana Natech di semua sektor terkait. Contohnya BNPB dan BPBD di Indonesia belum menginisiasi kerangka koordinasi yang mapan antar lintas sektor terutama dengan dunia industri dan teknologi terkait penguranagan resiko bencana teknologi.

    
example of natech


Teknologi Hijau: Solusi untuk Mengurangi Risiko Bencana Natech 

        Teknologi hijau dapat menjadi solusi yang efektif untuk mengurangi risiko bencana Natech. Teknologi hijau adalah teknologi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan manusia. 

        Dengan adanya teknologi hijau, mitigasi dan pemulihan dari bencana Natech dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien. Berikut teknologi hijau yang dapat membantu mengatasi bahaya bencana Natech:

1. Teknologi deteksi dan pemantauan

        Teknologi hijau dapat membantu dalam mendeteksi dan memantau potensi bencana Natech, seperti sistem pemantauan jarak jauh, sensor kebocoran, dan sistem informasi geografis.

Sensor kebocoran

        Teknologi sensor dapat digunakan untuk mendeteksi kebocoran pipa atau tangki penyimpanan yang dapat menyebabkan bencana Natech. Sensor kebocoran dapat dipasang pada pipa atau tangki penyimpanan dan memberikan peringatan jika terjadi kebocoran.

Sistem pemantauan jarak jauh

        Teknologi sistem pemantauan jarak jauh dapat membantu dalam memantau kondisi yang berpotensi menyebabkan bencana Natech, seperti kebocoran pipa atau tangki penyimpanan. Sistem ini dapat dipasang di area yang sulit diakses atau berbahaya bagi manusia.

Sistem informasi geografis

        Teknologi sistem informasi geografis dapat membantu dalam tanggap darurat bencana Natech. Sistem ini dapat digunakan untuk memetakan area yang terkena bencana dan memvisualisasikan data terkait bencana Natech


2. Teknologi mitigasi

        Teknologi hijau dapat membantu dalam memitigasi risiko bencana Natech, seperti sistem pemadaman otomatis dan teknologi pemulihan.

Sistem pemadaman otomatis

        Teknologi sistem pemadaman otomatis dapat membantu memadamkan kebakaran secara otomatis ketika terjadi bencana Natech. Sistem ini dapat dipasang di lokasi industri yang berpotensi terkena bencana Natech.

Teknologi pemulihan

        Teknologi pemulihan dapat membantu dalam pemulihan pasca-bencana Natech. Teknologi ini dapat berupa teknologi pemurnian air, teknologi penghilang bau, atau teknologi pemulihan lingkungan lainnya.


3. Teknologi energi terbarukan

        Penggunaan energi terbarukan seperti energi surya, angin, dan air dapat meningkatkan keamanan dan mengurangi risiko bencana Natech yang disebabkan oleh ledakan, kebakaran, dan kebocoran bahan bakar.


4. Teknologi pengolahan limbah

        Teknologi hijau juga dapat membantu dalam pengolahan limbah yang dihasilkan oleh industri, sehingga mengurangi risiko bencana Natech yang disebabkan oleh kebocoran dan polusi.


5. Teknologi Analisis Data dan Platform Komunikasi

Model prediksi dan analisis data

        Teknologi model prediksi dan analisis data dapat membantu mengidentifikasi area yang berpotensi terkena bencana Natech. Model prediksi dapat digunakan untuk memperkirakan dampak kebocoran pipa atau tangki penyimpanan pada lingkungan sekitar.

Platform komunikasi

        Teknologi platform komunikasi dapat digunakan untuk mengirimkan peringatan dan instruksi ke masyarakat terdekat dalam situasi darurat bencana Natech. Platform ini dapat digunakan untuk mengirimkan pesan teks, panggilan suara, atau pesan push ke perangkat seluler.

        Dengan menerapkan teknologi hijau, kita dapat mengurangi risiko bencana Natech dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan manusia. Namun demikian, teknologi hijau bukanlah satu-satunya solusi untuk mengatasi risiko bencana Natech. Upaya pencegahan dan mitigasi yang efektif juga harus dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan

Dampak Bencana Natech Terhadap Lingkungan dan Kesehatan Manusia

Dampak pada Lingkungan:

  1. Kerusakan lingkungan: Bencana Natech dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan, seperti pencemaran air, tanah, dan udara.
  2. Kehilangan satwa liar: Bencana Natech dapat menyebabkan kehilangan satwa liar dan mengganggu ekosistem lokal.
  3. Hilangnya habitat: Bencana Natech dapat merusak habitat alami dan mengancam keberlangsungan hidup flora dan fauna di area terdampak.

Dampak pada Kesehatan Manusia:

  1. Penyakit pernapasan: Bencana Natech dapat menyebabkan pencemaran udara dan menyebabkan penyakit pernapasan pada manusia.
  2. Penyakit kulit: Bencana Natech dapat menyebabkan kontak dengan bahan kimia berbahaya yang dapat menyebabkan iritasi kulit dan luka bakar.
  3. Penyakit infeksi: Bencana Natech dapat menyebabkan penyebaran penyakit infeksi seperti leptospirosis dan hepatitis A melalui kontak dengan air tercemar.
  4. Kesehatan mental: Bencana Natech dapat menyebabkan stres dan trauma psikologis pada korban dan keluarga yang terkena dampak.

Mitigasi dan Tanggap Darurat untuk Bencana Natech

        Dalam manajemen keadaan darurat, pendekatan yang komprehensif melibatkan empat elemen yang merupakan program yang sukses (Sylves dan Waugh, 1990; Jackson County, 1998). Elemen-elemen tersebut adalah: mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan pemulihan. Dalam kasus kejadian Natech, elemen-elemen untuk tanggap darurat terhadap bencana alam seperti gempa bumi atau banjir harus digabungkan dengan tanggapan terhadap keadaan darurat kimia. Namun, aspek manajemen dan perencanaan keadaan darurat ini belum mendapatkan perhatian yang memadai, dan terdapat sedikit panduan yang tersedia untuk membuat rencana tanggap darurat Natech. Beberapa aspek unik dapat dipelajari dari tinjauan literatur yang tersedia (Lindell 1994, Lindell dan Perry 1996, Lindell dan Perry 2001, Cruz et al. 2001, dan Steinberg dan Cruz 2004). 

        Perencanaan bencana Natech seringkali mengabaikan aspek unik dari perencanaan darurat untuk bencana alam versus bencana teknologi. Koordinasi perencanaan antar pembuat kebijakan seperti BNPB, BPBD, Manajer Resiko Industri teknologi dan TNI-POLRI serta Pemda setempat memerlukan kesepahaman dalam menyusun rencana penanggulangan bencana Natech. 

        Tanggap darurat selama bencana Natech sangat bergantung pada kesiapsiagaan, berbagai faktor untuk menghadapi krisis yang muncul dan bagaimana interaksi mereka akan diintegrasikan selama insiden sehingga respons yang terkoordinasi dapat diimplementasikan. Beberapa faktor yang membutuhkan perhatian dalam perencanaan bencana Natech adalah sebagai berikut : 

Bahan berbahaya:

Identifikasi dan deteksi dini lokasi yang menangani bahan berbahaya; sifat dan toksisitas bahan kimia, sifat dan jumlah pelepasan, serta pengetahuan dan tingkat kesiapan individu (individu yang terinfeksi) dan petugas penyelamat (dari pemadam kebakaran setempat dan industri) dengan prosedur pertolongan pertama yang sesuai serta evakuasi dan pembersihan. prosedur aktif.


Sumber daya manusia:

jumlah petugas penyelamat yang tersedia; tingkat kemampuan dan keterampilan.
sistem peringatan komunikasi dan prosedur aktivasi; Perangkat komunikasi seperti telepon, radio, pager dan sistem alarm. 


Transportasi :

Ketersediaan sumber daya seperti kendaraan dan pengemudi, identifikasi jalur transportasi dan evakuasi, dll.


Layanan Pemadam kebakaran:

Mendeteksi dan memadamkan kebakaran dan/atau pelepasan bahan berbahaya, memobilisasi personel, peralatan, dan persediaan untuk mendukung pembersihan, evakuasi, serta pencarian dan penyelamatan puing-puing.


Strategi mitigasi:

Kesesuaian langkah-langkah mitigasi di lokasi dan di luar lokasi.


Kesehatan dan obat-obatan:

Perawatan dan pengangkutan yang tepat bagi orang yang terluka/terpapar dan masalah kesehatan umum yang terkait dengan pelepasan zat berbahaya.


Populasi yang berisiko:

Jumlah orang yang berisiko; kepadatan penduduk; Bencana Alam Intensitas dan kerusakan kejadian sebanding dengan kerusakan jalan, infrastruktur, jalur komunikasi, pembangkit listrik, pasokan air, dll. 


Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Menghadapi Bencana Natech

Tanggung jawab sosial perusahaan dalam menghadapi bencana Natech sangat penting untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat. Berikut adalah beberapa tanggung jawab sosial perusahaan dalam menghadapi bencana Natech:


1. Meningkatkan kesadaran dan persiapan bencana

Perusahaan harus meningkatkan kesadaran karyawannya tentang potensi bencana Natech dan memberikan pelatihan dan persiapan bencana yang memadai. Ini juga termasuk memperbarui rencana darurat dan memastikan bahwa sistem peringatan dini dan evakuasi berfungsi dengan baik.


2. Mengurangi risiko dan dampak bencana

Perusahaan harus mengurangi risiko bencana Natech dengan mengadopsi praktik bisnis yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Perusahaan juga harus memperbarui dan memelihara infrastruktur dan sistem keamanan untuk mengurangi kemungkinan kebocoran dan ledakan.


3. Menjalankan tanggung jawab sosial

Perusahaan harus memberikan bantuan dan dukungan kepada komunitas yang terkena dampak bencana Natech. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan bantuan medis, makanan, dan perlengkapan darurat, serta membantu dalam proses pemulihan.


4. Transparansi dan akuntabilitas

Perusahaan harus bersikap transparan tentang risiko bencana Natech dan tindakan yang diambil untuk mengurangi dampaknya. Perusahaan juga harus bertanggung jawab secara akuntabel terhadap komunitas dan pemangku kepentingan lainnya.


5. Berpartisipasi dalam upaya mitigasi dan rekonstruksi

Perusahaan harus berpartisipasi dalam upaya mitigasi dan rekonstruksi pasca-bencana Natech. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan bantuan keuangan atau teknis untuk membangun kembali infrastruktur dan sistem keamanan yang rusak atau hancur.
        Dalam menghadapi bencana Natech, tanggung jawab sosial perusahaan sangat penting untuk memastikan bahwa perusahaan bertindak secara bertanggung jawab dan berkontribusi pada upaya mitigasi dan pemulihan pasca-bencana


Apa yang Dapat Dilakukan Individu untuk Mengurangi Risiko Bencana Natech?

Berikut adalah 10 hal yang dapat dilakukan individu untuk mengurangi risiko bahaya bencana Natech:
  1. Mengetahui jenis industri dan teknologi yang ada di sekitar tempat tinggal atau tempat bekerja dan memahami potensi bahaya yang mungkin terjadi.
  2. Memahami prosedur keselamatan yang ada di tempat kerja atau di sekitar tempat tinggal dan mengikuti instruksi yang diberikan oleh pihak berwenang.
  3. Menjaga lingkungan sekitar agar tetap bersih dan teratur, serta membuang sampah dan limbah secara benar.
  4. Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya penggunaan teknologi yang ramah lingkungan dan mendukung inisiatif hijau.
  5. Menjaga dan merawat peralatan dan fasilitas yang digunakan untuk aktivitas industri atau teknologi.
  6. Membuat rencana evakuasi dan persiapan darurat yang jelas dan dipahami oleh semua anggota keluarga atau rekan kerja.
  7. Mengikuti perkembangan informasi dan peringatan dari pihak berwenang terkait potensi bencana Natech.
  8. Mengikuti pelatihan dan latihan darurat yang diselenggarakan oleh pihak berwenang atau perusahaan.
  9. Melakukan pengawasan dan pemantauan lingkungan sekitar secara teratur untuk mendeteksi perubahan dan potensi bahaya.
  10. Berpartisipasi dalam program dan inisiatif masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapan dalam menghadapi bencana Natech.

Referensi

  1. UNISDR,  2017, Natech Hazard and Risk Assessment page 9 diakses 20 April 2023  https://www.preventionweb.net/files/52828_09natechhazardandriskassessment.pdf
  2. What is natech diakses dari www.oecd.org › risks-from-natural-hazards-at-hazardous-installations
  3. https://unece.org/industrial-accidents-convention-and-natural-disasters-natech
  4. https://id.wikipedia.org/wiki/Banjir_lumpur_panas_Sidoarjo

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم